PASAR SENGGOL 2011 - SEDERHANA TAPI MANIS

Belajar dari kegagalan tahun sebelumnya, penyelenggaan tradisi grebeg Maulid oleh warga masyarakat di sekitar Pasar Selang dilakukan dengan cara sederhana.

ULASAN DEWAN JURI FESTIVAL TEATER KEBUMEN 2010

Festiva; Teater Kebumen 2010 adalah festival teater umum dan pelajar pertama di Kabupaten Kebumen yang diselenggarakan oleh FoPSeT dan Masjid Raya di Gedung Haji Jl. Veteran Kebumen.

MENGGENGGAM DUNIA (I)

Sebuah fiksi yang diangkat dari cerita kematian Elang Surya Lesmana. Mahasiswa dan relawan PMI di Universitas Trisakti Jakarta yang memicu kemarahan mahasiswa dalam mempercepat Gerakan Reformasi 1998. Cerita ini juga menginisiasi #RUUKepalangmerahan

KONSPIRASI HATI

Gerakan relawan PMI untuk pengesahaan #RUUKepalangmerahan adalah Konspirasi Hati para Relawan PMI se Indonesia yang memandang proses pembahasan kewajiban negara RI atas ratifikasi Konvensi Jenewa 1949 itu harus dilakukan dengan sebuah kesadaran bersama.

PELUKAN SANG PELANGI-FILM INDIE PERTAMA DI KEBUMEN

Pelangi penuh warna dan warna itu terwakili oleh semua orang yang terlibat dalam penggarapan film indie pertama di Kebumen yang berjudul Pelukan Sang Pelangi. Disutradarai Theo Deka Wardhana dan Putut AS.

Minggu, 12 Desember 2010

Pasar Senggol 2011: Sederhana Tapi Manis


Belajar dari pengalaman dan kegagalan di masa lampau adalah salah satu ciri manusia berfikiran maju. Pada pelaksanaan kegiatan yang sama di tahun 2010 ini, salah satu tokoh masyarakat di sekitar tempat berlangsungnya acara tahunan PASAR SENGGOL, Yahya Mustofa, mengungkapkan banyak hal tentang pengalaman menyelenggarakan acara ritual budaya masyarakat di sekitar Pasar Selang Kebumen. Mengikuti anjuran Bupati saat itu, H.M. Nashirudin Al Mansyur yang menginginkan penyelenggaraannya mirip atau sama dengan Sekaten Jogja ternyata berbuah kekecewaan yang berlarut. Semula ia kurang bergairah saat disinggung kemungkinan pelaksanaannya di tahun 2011.

Selain faktor keuangan yang mengalami difisit cukup besar, sampai saat ini Panitia Penyelenggara yang terdiri dari tokoh masyarakat dan perangkat desa di Selang, Adikarso dan sekitarnya belum mampu menuntaskan laporan kegiatan itu. Kendala lain adalah kegagalan menghadirkan band metal asal Bandung Power Slave" kepada para penggemar musik rock Kebumen setelah dilarang tampil oleh aparat kepolisian justru di saat akhir waktu. Pelarangan di sela check sound punggawa band yang senafas dengan grup band kondang asal Inggris, LED ZEPPELIN. Artinya, ada " keanehan " di balik pelarangan yang berdalih keamanan. Singkat kata, misi mengangkat peristiwa budaya masyarakat lokal ini "gagal".

Karena itu, setelah kami berdiskusi luas dan menemukan satu titik temu pemikiran bahwa jika peristiwa budaya itu harus dilakukan dengan cara dan suasana yang berbeda. Perbedaan skala prioritas dan yang menggembirakan adalah keterlibatan komunitas pelaku seni budaya lokal yang aktif berproses dan memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan Pasar Senggol sebagai bagian dari upaya pengembangan potensi ekonomi kreatif di Kabupaten Kebumen. Khususnya dalam hal seni pertunjukan, periklanan, kerajinan, pasar seni dan barang antik serta layanan komputer dan piranti lunak dalam sebuah "kawasan industri kreatif" bernama PASAR SENGGOL 2010. Yang Muda Ceria, Yang Tua  Bahagia. Bukan sekadar all about Kebumen. Tapi Kebumen Ngethek alias It's Truly Kebumen ... yakin gologokin.








Pasar Senggol 
Sekaten ala Kebumen yang Tengah Bersolek

Tradisi masyarakat Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW cukup beragam. Di tlatah (wilayah kuasa kerajaan) Mataram masyarakat mengenal Grebek Maulid yang disebut Sekaten. Jika perayaan di Ngayogyakarta Hadiningrat (Jogja) diawali dengan kirab pusaka keraton dan berakhir dengan keluarnya gunungan kembar simbol kemakmuran. Hal serupa terjadi juga di Solo. Bedanya, simbolisasi di Keraton Surakarta  adalah tradisi "angon kebo bule" Kyai dan Nyai Slamet. Meski kurang faham dengan makna dibalik nama pasangan kerbau itu dan peristiwa yang mengiringi, nampaknya keselamatan dan kemakmuran jua yang menjadi tujuan utama tradisi tersebut.

Peristiwa sama di Desa Selang dan sekitarnya disebut Pasar Senggol. Sejak berpuluh tahun yang lalu, masyarakat di sekitar pasar tradisional desa Selang semisal Adikarso, Kalirejo, Panjer, Kebumen dan sebagainya menjadikan acara itu sebagai peristiwa budaya lokal dalam rangkaian kegiatan memperingati hari besar keagamaan Islam. Dalam peristiwa itu, muncul nama tokoh utama : Kramaleksana. Dari penuturan Yahya Mustofa, sosok Kramaleksana adalah “pahlawan” yang membuka lahan bagi sejumlah masyarakat di wilayah itu. Dia adalah prajurit Mataram yang ditugaskan bersama sejumlah pasukan lain untuk memperluas wilayah kekuasaan. Di sisi inilah beragam cerita heroik dan mistis muncul sebagai bagian tradisi masyarakat tersebut. Karena itu, model perayaannya sangat mirip dengan gaya Jogja ketimbang Solo.
   
Layaknya sebuah pasar malam, ada berbagai kegiatan yang melingkupinya. Sebagai ajang bisnis para pedagang kaki lima, bakul jajanan, pedagang mainan anak dan sebagainya. Yang tidak pernah ketinggalan adalah sebagai ajang mencari jodoh, arena perebutan kekuasaan preman dengan segala nuansanya dan beragam pernak-pernik kehidupan malam. Karena itu, dimensi religi yang seharusnya lebih menonjol dibanding tradisi yang belum dikaji dalam penelitian ilmiah acapkali terabaikan.

Yang menarik dari penyelenggaraan tahun ini adalah adanya sentuhan manajemen hiburan. Sebagai tokoh sentral, Yahya Mustofa yang tahun kemarin mendapat Upakarti Bidang Kepoloporan Pemuda, pemilik Dubex Handicraft dan sejumlah unit usaha lain serta Ketua Umum Hipando (Himpunan Perajin Anyaman Indonesia) mengundang orang yang bertugas khusus menangani manajemen hiburan tersebut. Tema pokok yang ditawarkan sebagaimana dituturkan Fauzan adalah “All about Kebumen”. Bila diterjemahkan bebas mungkin jadi pokoknya asal Kebumen”. Tema itulah yang menarik perhatian kami, Komunitas Ego. Ada kegairahan tersendiri di saat kami tengah mengangkat produk budaya lokal yang kian terpinggirkan seperti Kethoprak Pesisiran dan Rodat, Jamjaneng. Sekaligus member pencerahan kepada orang-orang di dinas kebudayaan setempat yang mendefinisikan kesenian atau budaya lokal identik dengan irama yang rancak dan dalam suguhan jingkrak-jingkrak.

Lebih bergairah lagi ketika kami mendengar langsung dari Yahya Mustofa, bahwa panggung utama akan dilengkapi fasilitas multi media. Pucuk dicinta, ulam tiba. Angan kami mengembara ke desa Brecong Buluspesantren. Di sana ada tokoh seni kethoprak pesisiran, Bambang Kethoprak. Bergegas kami kunjungi beliau dan menawarkan kerja sama. Kolaborasi antara seni drama tradisional dan teater modern dengan kesepakatan bahwa soal teknis pentas akan dibicarakan khusus dengan ahlinya, Putut AS dan kawan-kawan Komunitas Ego yang selama ini berproses di Jogja dengan nama Sanggar Ilir atau Wayang Mika L mas Kaji Habeb.
            
Entah sebab apa, kami mendapat informasi dari Seksi Hiburan, Gobeth Arief Budiman bahwa Polres Kebumen hanya memberi ijin 2 hari dari 6 hari yang dijadwalkan. Mendengar kabar itu, kami terkulai lemas. Setelah menunda sehari, akhirnya kami memberi tahu mas Bambang bahwa pentas kolaboratif di Pasar Senggol 2010 urung dilaksanakan karena alokasi waktunya sangat pendek. Hanya 30 menit. Panggung utama yang semula didesain knock down karena berada di persimpangan jalan Kutoarjo dan Cendrawasih harus dipindahkan ke lokasi aman di tanah kosong di belakang deretan tenda pedagang. Lengkap sudah kecewa kami kepada Panitia, khususnya Pemerintah Kabupaten Kebumen yang berkesan “ hanya mau mengunduh tanpa kesediaan mengunggah” atas potensi kreatifitas warga masyarakatnya. Apalagi ditambah penuturan Yahnya Mustofa, bahwa ketika mengajukan ijin kegiatan itu di Pemkab, timnya di – ping pong.

Meski pada akhirnya waktu penyelenggaraan yang dijadwalkan selama 6 hari menjadi nyata, tapi dengan persiapan yang hanya lima hari membuat gairah kami tak mudah dipulihkan. Dan karena undangan ditujukan kepada Panitia Gelar Panggung Teater (GPT) 2010, kami harus menindak-lanjuti undangan Panitia Pasar Senggol itu kepada seluruh pengisi acara yang ada di Kabupaten Kebumen.  Dari tujuh komunitas teater pengisi acara GPT 2010, hanya dua yang siap pentas yakni Teater Gerak dari STAINU dan Teater Putra Bangsa (Tetrasa) STIE Putra Bangsa Kebumen. Sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian, Komunitas Ego mendampingi proses latihan dan pentas Tetrasa di hari ke 2 penyelenggaraan Semarak Pasar Senggol 2010. Lega di balik kecewa mendalam. Sambil berjalan pulang kami meneriakkan “selesai sudah masa janji, selesai sudah tugas menanti “ seperti prajurit pulang dari medan laga. Sekedar melepas penat dari rasa yang kian menggumpal dari waktu ke waktu.      

Selasa, 30 November 2010

ULASAN DEWAN JURI FESTIVAL TEATER KEBUMEN 2010



Kami selaku Dewan Juri Festival Teater Kebumen 2010, yang menyaksikan pertunjukan Kategori Pelajar/SLTA sebanyak 13 grup dalam wilayah Kabupaten Kebumen dan kategori umum sebanyak 7 grup dari lingkup wilayah Kedu dan Banyumas.

Selama 2 hari, yakni tanggal 26 dan 27 Nopember 2010, kami menjadi saksi bahwa Alhamdulillah ternyata Kebumen dan sekitarnya telah memiliki insan-insan pecinta teater, yang bakal memberikan kontribusi dan manfaat bagi perkembangan seni pertunjukan.

Dalam peran sebagai juri, sebaiknya disederhanakan menjadi pengamat yang mencoba menilai secara global – dalam artian ini dasar pengamatan lebih besar porsinya pada kualitas, bukan kuantitas. Kami tidak menjadikan angka sebagai patokan, karena dalam kesenian angka dapat direlatifkan.

TEATER adalah pertunjukan seni drama yang merupakan kerja kebersamaan berbagai unsur seni. Teater adalah upacara bersama antara sesame pekerja teater dengan penontonnya untuk saling menghargai, menghormati, memuliakan seni.

Mayoritas peserta FTK 2010 masih lemah dalam mengolah pemeran, maupun menggarap suguhan dan menyajikannya kepada penonton. Bahwa ada upaya dari pekerja seni teater untuk menulis naskah sendiri – yang dilakukan oleh banyak pekerja seni di Indonesia -ndiri - yang nggarap suguhan dan menyajikannya kepada penonton. Bahwa ada upaya merupakan kecenderungan yang membahagiakan. Demikian juga semangat panitia FTK 2010 yang membuka peluang bagi peserta untuk menggubah naskah dan menggarapnya sesuai kemampuannya.

Di sini salah satu “masalah”-nya. Menulis gagasan, menuangkannya dalam bentuk naskah adalah salah satu dari langkah seni pertunjukan dalam kerja teater modern (untuk membedakannya dengan teater tradisional yang porsi improvisasinya besar). Langkah berikutnya adalah menggarap dan menyajikannya dalam pentas.

Dalam suatu tontonan manusia menjadi pelaku utama. Baik sebagai pemain yang perannya antara lain: berlatih, menjalani proses kreatif, melakukan penjelajahan untuk mencari, menemukan, mengumpulkan dan menyimpan berbagai pengalaman dan pengatahuan untuk disimpan dalam “ file harddisk” jasmani rohani kita, sebagai manusia. Kita umumnya menyebut dengan olah rasa, olah nafas, olah vokal, olah gerak dan seterusnya.

Karena manusia menjadi titik sentral maka manusia menjadi primadona dalam setiap pertunjukan, baik sebagai pekerja teater maupun penonton. Art from Heart, seni yang diolah sajikan dari hati bakal menggugah hari yang menyaksikan. Segala sesuatu yang gembira, sedih, malu, marah, membetot, menteror, suka-duka, semua menjadi atmosfir yang bersilaturahmi dalam ruang pertunjukan.

Dengan satu kalimat yang radikal, kita dapat menyatakan bahwa tontonan yang layak tonton bakal memberikan orgasme batin pada pekerja seni dan penontonnya. Sehingga berbagai serbuan emosional yang meruap dapat meng”haru”kan: pedih yang meng”haru”kan, marah, benci, kalut, senang, terbahak yang  meng”haru”kan.

Tontonan yang baik mampu mencuci jiwa pekerja teater dan penontonnya, karena merupakan suatu pengembangan spiritual. Mengajak kita memasuki segala sesuatu yang sebelumnya mungkin belum terasa, membawa dalam kehidupan yang menseimbangkan kerja keras jasmani dengan perenungan rohani, memperoleh makna kehidupan.
Ulasan Untuk Pelajar:

1.   Penataan artistic peserta no 3 (SMK Maarif 4 Kebumen) mampu menghadirkan suasana yang menguatkan pertunjukan yang dibawanya. Minimalis tapi penuh. Spektakel yang muncul baik dari personal actor maupun property panggung menyatu dalam garis yang harmonis.
2.   Sosok Lena dalam peserta no 5 (MAN Kutowinangun) ini mampu menghadirkan karakter yang kuat untuk tokoh tersebut. Penjiwaan meski masih sederhana, sagat membantu keseluruhan jalannya pertunjukan.
3.   Konsep penyutradaraan dalam pertunjukan no 2 (SMAN Rowokele) terlihat konsisten dari awal sampai akhir. Mempunyai tempo dan irama permainan yang sesuai dengan dramatisasi pertunjukan. Kekuarannya adalah improvisasi dalam menafsirkan naskah untuk menemukan sesuatu yang baru dan kontekstual.
4.   Menyajikan sebuah pertunjukan teater, berarti menghadirkan secara keseluruhan pertunjukan secara utuh dari tiap detail bagiannya. Kekurangan di satu  bagian kecil – meski di sisi lain admeski kan secara utuh dari tiap detail bagiannya. kekuarangan si dalam menafsirkan naskah untuk menemukan sesuatua yang terlihat kuat – akan sangat mempengaruhi kesempurnaan dari pertunjukan tersebut. Konsep dan interpretasi naskah, penggarapan actor, pemanfaatan panggung, blocking yang sesuai kebutuhan, komposisi yang dinamis serta irama/tempo yang mengalir wajar adalah syarat minimal bagimana penyajian mampu dinikmati penonton dengan baik.


Ulasan Untuk Kategori Umum:

1.   Dengan penataan artistic no 3. (Komunitas Teater Jodo Purwokerto) mampu menghadirkan suasana yang menjadi isi pertunjukan. Minimalis tapi masing-masing property ditempatkan dengan serasi sesuai manfaat dan kebutuhannya. Sangat membantu dramatisasi dari para actor di atas panggung.
2.   Aktor dalam teater, minimal mampu menjadi kendaraan bagi pertunjukan. Dan actor harus saling terkait dan membangun, tidak main untuk dirinya sendiri. Kekukatan yang ada pada diri actor harus mempengaruhi dan menghadirkan kedinamisan seluruh bagian pertunjukan dan actor lainnya.
3.   Konsep yang digagas sutradara harus mampu menyampaikan muatan naskah pada penonton. Perhatian dari tiap detil bagian pertunjukannya mampu terangkat sesuai porsinya, atau tidak boleh njomplang.
4.   Penyajian yang baik dari sebuah pertunjukan tidak harus riuh rendah dan penuh sesak di atas panggung. Tetapi menempatkan dan member ruang yang sesuai serta penggunaan media secukupnya dari interpretasi naskah akan terasa lebih baik. Setiap bagian dihadirkan dengan alas an dan ide kuat untuk kesempurnaan pertunjukan tersebut. Lebih baik minim tapi kental dari pada over tapi memecah focus.




 DAFTAR PESERTA
FESTIVAL TEATER KEBUMEN 2010

1.   KATEGORI PELAJAR SLTA SEDERAJAT:

No. Undi

NAMA PESERTA

1.
MAN GOMBONG

2.
SMAN ROWOKELE

3.
SMK MAARIF 4 KEBUMEN

4.
SMK BATIK SAKTI 1 KEBUMEN

5.
MAN KUTOWINANGUN

6.
SMAN 2 KEBUMEN

7.
SMK NAWA BAKTI KEBUMEN

8.
SMKN 2 KEBUMEN

9.
SMAN KLIRONG

10.
MAN 2 KEBUMENAN KLIRONGEN KEBUMENMENG
AJAT:

11.
MAN 1 KEBUMEN

12.
SAKA PANUWISATA KEBUMEN

13.
SMKN KARANGANYAR





2.   KATEGORI UMUM:

No. Undi

NAMA PESERTA
1.
TEATER SURYA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2.
KOMUNITAS TEATER PURWOREJO
3.
KOMUNITAS TEATER JODO PURWOKERTO
4.
TEATER GERAK STAINU KEBUMEN
5.
TEATER STTOLGTA KEBUMEN
6.
TEATER BAHRUL ULUM KEBUMEN
7.
TEATER STIE PUTRA BANGSA KEBUMEN


  


PENGUMUMAN DAN PENETAPAN KEPUTUSAN DEWAN JURI
FESTIVAL TEATER KEBUMEN 2010

KATEGORI PELAJAR:



a.    Penata Artistik Terbaik
:
No. 3 (SMK Maarif 4 Kebumen)
b.   Aktor/Aktris Terbaik
:
No. 5 (MAN Kutowinngun)
c.    Sutradara Terbaik
:
No. 2 (SMAN Rowokele)
d.   Penyaji Terbaik III
:
No. 8 (SMAN Klirong)
e.    Penyaji Terbaik II
:
No. 3 (SMK Maarif 4 Kebumen)
f.     Penyaji Terbaik I
:
No. 2 (SMAN Rowokele)




KATEGORI UMUM :

a.    Penata Artistik Terbaik
:
No. 3 (Komunitas Teater Jodo Purwokerto)
b.   Aktor/Aktris Terbaik
:
No. 1 (Teater Surya UMP Purworejo)
c.    Sutradara Terbaik
:
No. 2 (Komunitas Teater Purworejo)
d.   Penyaji Terbaik III
:
No. 5 (Teater STTOLGTA Kebumen)
e.    Penyaji Terbaik II
:
No. 2 (Komunitas Teater Purworejo)
f.     Penyaji Terbaik I
:
No. 2 (Komunitas Teater Purworejo)



Catatan Panitia:

Anggota Dewan Juri Festival Teater Kebumen 2010:ter Purworejo)jo)kerto) JURI
ecah fokus.ih erpretasi naskah kank boleh a/tempo yang mengalir wajar adalah syara
1.   Uki Bayu Sedjati (Komunitas Teater Bulungan Jakarta)
2.   Retno Budiningsih (Taman Ismail Marzuki/ Perpustakaan HB Yassin Jakarta)
3.   Salim Emde (Sanggar Sunan UIN/ Teater Jali Yogyakarta, pemenang Lomba Penulisan Naskah Cerita Prov. DI Yogyakarta 2002).
4.   Ucok Hasbie (Sanggar Ilir Yogyakarta/ FoPSeT Kebumen khusus untuk Kategori Pelajar).
@totokaryanto_kebumen. Diberdayakan oleh Blogger.